Makna Penting Beragama
Friday, 10 April 2020
Add Comment
“Datangnya musibah-musibah itu adalah nikmat, Karena ia jadi gara-gara dihapuskannya dosa-dosa. Ia terhitung menuntut kesabaran supaya orang yang tertimpanya justru diberi pahala. Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala dan juga memalingkan ketergantungan hatinya berasal dari sesama makhluk, dan bermacam maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Musibah itu sendiri dijadikan oleh Allah sebagai gara-gara penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini terhitung nikmat yang paling agung. Maka semua musibah terhadap hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi total makhluk, jika jikalau musibah itu memicu orang yang tertimpa musibah jadi terjerumus di didalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum bakal tertimpa. Apabila itu yang berlangsung maka ia jadi keburukan baginya, jikalau ditilik berasal dari sudut pandang musibah yang menimpa agamanya.
Sesungguhnya tersedia di terhadap orang-orang yang jikalau mendapat ujian dengan kemiskinan, sakit atau terluka justru memicu munculnya sikap munafik dan protes di didalam dirinya, atau terutama penyakit hati, kekufuran yang jelas, meninggalkan lebih dari satu kewajiban yang dibebankan padanya dan tambah berkubang dengan bermacam perihal yang diharamkan supaya berakibat tambah membahayakan agamanya. Maka bagi orang semacam ini kesehatan lebih baik baginya. Hal ini jikalau ditilik berasal dari segi efek yang timbul sesudah dia mengalami musibah, bukan berasal dari segi musibahnya itu sendiri. Sebagaimana halnya orang yang dengan musibahnya mampu melahirkan sikap sabar dan tunduk jalankan ketaatan, maka musibah yang menimpa orang semacam ini sesungguhnya adalah nikmat diniyah. Musibah itu sendiri berlangsung cocok dengan ketetapan Robb ‘azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah ta’ala Maha terpuji gara-gara perbuatan-Nya tersebut. Barang siapa yang diuji dengan suatu musibah lantas diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus karenanya maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang berasal dari Allah). Dan jikalau dia memuji Robbnya atas musibah yang menimpanya niscaya dia terhitung mampu beroleh pujian-Nya.
“Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) berasal dari Rabb mereka dan beroleh curahan rahmat.” (QS. Al Baqoroh: 157)
Ampunan berasal dari Allah atas dosa-dosanya terhitung mampu didapatkan, begitu pula derajatnya pun mampu terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya mesti ini niscaya dia mampu beroleh balasan-balasan tersebut.” Selesai perkataan Syaikhul Islam dengan ringkas (lihat Fathul Majiid, hal. 353-354).
Dari hadits di atas kita mampu menuai lebih dari satu pelajaran berharga, yaitu:
Penetapan bahwa Allah memiliki karakter Iradah (berkehendak), pastinya yang cocok dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.
Kebaikan dan keburukan sama-sama udah ditakdirkan berasal dari Allah ta’ala.
Musibah yang menimpa orang mukmin terhitung sinyal kebaikan. Selama perihal itu tidak mengundang dirinya meninggalkan kewajiban atau jalankan yang diharamkan.
Hendaknya kita terasa kuatir dan waspada terhadap nikmat dan kesehatan yang sepanjang ini tetap kita rasakan.
Wajib berprasangka baik kepada Allah atas ketetapan takdir tidak mengenakkan yang udah diputuskan-Nya berlangsung terhadap diri kita.
Pemberian Allah kepada seseorang bukanlah mesti bermakna Allah meridhoi orang tersebut. (Al Jadiid, hal. 320 dengan sedikit penyesuaian redaksional). Balasan Bagi Orang-Orang Yang Sabar
Allah ta’ala berfirman, “Sungguh Kami mampu menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan dan juga kekurangan harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang jikalau tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kita ini berasal berasal dari Allah, dan kita terhitung mampu kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang mampu beroleh ucapan sholawat (pujian) berasal dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang beroleh hidayah.” (QS Al Baqoroh: 155-157)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata di di didalam kitab tafsirnya, “Ayat ini menyatakan bahwa barang siapa yang tidak bersabar maka dia berhak terima lawan darinya, berwujud celaan berasal dari Allah, siksaan, kesesatan dan juga kerugian. Betapa jauhnya perbedaan terhadap ke-2 golongan ini. Betapa kecilnya keletihan yang ditanggung oleh orang-orang yang sabar jikalau dibandingkan dengan besarnya penderitaan yang mesti ditanggung oleh orang-orang yang protes dan tidak bersabar…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 76).
Allah ta’ala terhitung berfirman, “Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar: 10)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata di di didalam kitab tafsirnya, “Ayat ini berlaku umum untuk semua type kesabaran. Sabar di didalam hadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan, yakni hamba tidak terasa marah karenanya. Sabar berasal dari kemaksiatan kepada-Nya, yakni dengan langkah tidak berkubang di dalamnya. Bersabar di didalam jalankan ketaatan kepada-Nya, supaya dia pun terasa lapang di didalam melakukannya. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar pahala untuk mereka yang tanpa hitungan, bermakna tanpa batasan spesifik maupun angka spesifik ataupun ukuran tertentu. Dan perihal itu tidaklah mampu diraih jika disebabkan gara-gara begitu besarnya keutamaan karakter sabar dan agungnya kedudukan sabar di segi Allah, dan menyatakan pula bahwa Allahlah penolong segala urusan.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 721).
Semoga Allah memasukkan kita di kalangan hamba-hambaNya yang sabar. Wa shalallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
0 Response to "Makna Penting Beragama"
Post a Comment